Rabu, 19 November 2008

SKRIPSI MAHASISWA INDONESIA UNTUK APA?

Renungan Untuk Kita Bersama

Deretan rak-rak buku di perpustakaan Perguruan Tinggi (PT) Indinesia berisikan “Ratusan ribu skripsi-skripsi mahasiswa” dari berbagai latar bidang ilmu. Timbul sebuah pertanyaan untuk kita semua, untuk apa skripsi-skripsi tersebut? Hanya menghiasi rak-rak perpustakaan, ataukah hanya untuk dikumpulkan lantas dijual ke loakan?

Terlalu sempit pemikiran kita jikalau skripsi hanya dijadikan pajangan diperpustakaan. Sementara untuk menyelesaikannya, perlu perjuangan dan proses yang melalui pengkajian-pengkajian. Tapi pertanyaannya, apakah semua skripsi-skripsi tersebut bermutu dan berkualitas?

Kalau untuk dijual ke loakan? Boleh, ide cerdas tuh. Tapi, apa ga ada kerjaan lain. Mendingan kumpulkan koran bekas terus baru jual ke loakan. Jangan skripsi dong! Buat skripsi perlu dana, dibentuk Pak Pembimbing, dan tentunya syarat utama biar bisa jadi SARJANA, S.Pd, S.P, S.H. dan S………S……..S……….. yang lain.

So, jawab dong, untuk apa skripsi mahasiswa Indonesia?
By: Dinas ADVOKESMA BEM FKIP KBM UNIB

Setengah Tahun BEM FKIP KBM UNIB
Lebih setengah tahun kepemimpinan Lubis Pirnandes berlangsung di
Program kerja perdana BEM FKIP KBM UNIB setelah pelantikan Gubernur BEM FKIP KBM UNIB Next Up…
Dalam waktu dekat Dinas HPI akan menyusunan tim buletin BEM. Tim ini di

SIDAT BENGKULU KOMODITI YANG BELUM TERGARAP

BENGKULU, SABTU - Ikan sidat yang banyak terdapat di sungai, muara, dan laut Bengkulu memiliki kualitas ekspor yang hingga kini belum dimanfaatkan, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Maman Hermawan."Kita memiliki potensi ikan sidat yang sangat besar, namun selama ini belum dimanfaatkan," katanya di Bengkulu, Sabtu.
      Informasi dari nelayan setempat, mereka bisa menangkap sidat sebanyak 60 ton per minggu, jika sedang musim bertelur, saat ikan itu berada di laut. Sidat merupakan ikan berbadan panjang, sejenis belut namun memiliki kuping, bisa hidup di laut dan air tawar.
      Habitat asli ikan tesebut berada di sungai dan muara, namun ketika akan bertelur turun ke laut yang paling dalam. Setelah menetas, anak sidat akan kembali naik ke sungai dan muara sampai besar.
      Selama ini, sidat hasil tangkapan nelayan hanya dioleh menjadi ikan asin dan dijual di sekitar Provinsi Bengkulu. Padahal itu, merupakan salah satu komiditas ekspor dan banyak diminati terutama pasar di Jepang. "Saya sedang menginventarisasi berapa banyak sidat hasil tangkapan nelayan, rencananya kita akan mengupayakan agar bisa diekspor terutama ke Jepang," katanya.
      Untuk tempat bertelur, kata dia, kebanyakan di wilayah perairan Enggano, yang memang lautnya sangat dalam, namun habibat ketika tidak sedang bertelur berada di hampir seluruh sungai dan muara yang ada di Provinsi Bengkulu. "Di Bengkulu banyak sungai besar yang bermuara ke laut, sehingga ikan sidat pada saat musim bertelur turun ke laut," katanya.
      Mengenai budidaya sidat, menurut dia, hingga kini di Indonesia belum ada yang membudidayakan ikan itu. Yang ada hanya pembesaran yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. "Belum ada budidaya, yang ada hanya pembesaran, yakni mengambil bibit sidat dari laut kemudian dibesarkan di penangkaran," katanya.
      Maman juga memprogramkan untuk membangun tempat pembesaran ikan sidat di Bengkulu. Terkait dengan rencanan itu pihaknya telah melakukan studi banding ke Karawang. "Saya juga akan membawa contoh ikan sidat ke Departemen Kelautan dan Perikanan, sekalian mengusulkan agar pusat membangun tempat pembersaran ikan tersebut di Bengkulu," katanya.
Posted by HPI

Bahasa: Lomba Digalakkan di Daerah

Kegiatan lomba sastra dan bahasa harus digalakkan pemerintah daerah sebagai upaya melestarikan sastra dan bahasa setempat sekaligus melestarikan kebudayaan nasional, termasuk bahasa Indonesia. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Dendy Sugono pada acara puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2007, di Gedung Aula Pusat Bahasa Depdiknas, Jakarta, kemarin.
Dendy Sugono memaparkan, tidaklah cukup jika lomba karya sastra dan bahasa hanya digaungkan pemerintah pusat, tetapi juga harus dilakukan pemerintah daerah. Pasalnya, selama ini lomba karya sastra dan bahasa sebagai bagian dari upaya pengembangan kecerdasan emosional lebih terpinggirkan oleh lomba yang mengutamakan kecerdasan intelektual, seperti matematika, fisika, dan kimia.
Untuk itu, menurut Dendy, selain pemerintah daerah, kalangan sastrawan di daerah perlu mendorong adanya suatu ikatan kebersamaan dan persatuan dalam membentuk sebuah komunitas sastra se-Indonesia.
Di sisi lain, dalam waktu dekat, Pusat Bahasa Depdiknas juga akan menggemakan Kampanye Pengutamaan Bahasa Indonesia sebagai tindak lanjut Komunike Bersama Tiga Menteri (Indonesia, Malaysia, dan Brunai) pada 2006.
ujaran diatas haruslah kita pikirkan secara seksama, karena memang benar bahwa pengetahuan mengenai sastra pada zaman sekarang mulai punah. Banyak anak daerah, yang tidak tahu mengenai sastra yang ada didaerahnya sendiri. Dan mungkin, anda salah satunya. Untuk itu, hal ini perlu menjadi pusat perhatian, bukan hanya pemerintah daerah, namun pemerintah pusat. Kita dikalangan mahasiswa harus dapat berpikir dan bertindak secara kritis dan kreatif, agar hal ini tidak terjadi. Salah satu yang cara yang dilakukan oleh anak-anak daerah adalah dengan mengadakan lomba di berbagia ivent. Namun semua itu tidaklah cukup. Harus dilakukan berbagai upaya agar sastra tetap utuh, mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Ini menjadi PR bagi kita semua. (HPI)